Demi menaikkan peringkat web di mesin pencari, berbagai cara dilakukan oleh pengguna. Mulai dari cara organik sampai dengan memanipulasi pun digunakan agar tujuan tersebut tercapai. Salah satu cara yang sering diterapkan, yakni keyword stuffing.
Sebagian orang masih menggunakan taktik keyword stuffing karena diyakini mampu mempercepat proses indeks. Dengan begitu, website lebih cepat naik ke ranking teratas di mesin pencari. Namun, di balik peningkatan signifikan tersebut, ada bahaya keyword stuffing untuk SEO yang harus Anda waspadai.
Nah, untuk penjelasan lebih lengkap tentang bahaya keyword stuffing, simak uraian di bawah ini.
Apa itu Keyword Stuffing?

Keyword stuffing merupakan praktik memasukkan kata kunci secara berlebihan ke dalam artikel. Kata kunci tersebut diselipkan supaya mudah terindeks oleh search engine. Meski search engine bekerja dengan mengindeks kata kunci yang sesuai, metode keyword stuffing tidak dapat dibenarkan.
Justru search engine akan memberikan penilaian buruk terhadap artikel yang penempatan kata kuncinya tidak wajar. Biasanya, penempatan kata kunci dilakukan dengan mengulangnya melebihi standar keyword density. Selain itu, penggunaan kata kunci yang tidak sesuai dengan topik juga dikategorikan keyword stuffing.
Ciri-ciri keyword stuffing lainnya, yaitu banyak ditemui kata yang tidak ada kaitan dengan kalimat. Akibatnya, kalimat tersebut terkesan memaksa dan kurang enak dibaca.
Sebagai contoh, Anda memilih kata kunci “rental mobil Semarang” untuk sebuah paragraf. Dalam satu paragraf, terdapat 52 kata. Sementara itu, keyword “rental mobil Semarang” disebutkan sebanyak 5 kali.
Idealnya, keyword “rental mobil Semarang” dituliskan hanya 1—2 kali dalam paragraf tersebut. Jika mengikuti standar keyword density, berarti penyebutan sekitar 0,5—3 persen.
Selain penempatan kata kunci, daftar nomor telepon yang tidak disertai nilai tambah substansial juga dikategorikan sebagai keyword stuffing. Kemudian, blok teks yang berisi daftar kota maupun negara pun dikelompokkan keyword stuffing jika coba dijadikan peringkat dalam sebuah website.
Bahaya Keyword Stuffing untuk SEO

Bahaya yang ditimbulkan oleh praktik keyword stuffing dapat menghancurkan eksistensi sebuah website. Selain itu, keyword stuffing juga mengakibatkan hal-hal berikut ini.
1. Spam Keyword yang Berdampak Buruk untuk SEO
Optimasi search engine menjadi terhalang karena sistem menganggap konten Anda sebagai spam. Tak hanya berdampak pada konten tersebut, website pun gagal mendapatkan ranking di hasil penelusuran.
Dampak yang lebih buruk, konten Anda sama sekali tidak terindeks oleh mesin pencari. Pasalnya, skor SEO dari website sudah rusak akibat spam keyword.
2. Menurunkan Kualitas Konten
Selama menulis konten, Anda bisa jadi merasa sudah membuat konten yang berkualitas. Artinya, konten tersebut masih enak dibaca dan mudah dipahami oleh awam. Namun, saat diunggah ke web, kualitas konten justru menurun.
Kualitas konten dianggap menurun karena awalnya bertujuan mengelabui robot perayap pada search engine. Sayangnya, setelah konten ditayangkan, bahasanya menjadi tidak human-friendly.
3. Meningkatkan Bounce Rate Karena User Experience yang Buruk
Bounce rate dapat terjadi karena tindakan yang disengaja ataupun tidak. Kendati begitu, dampaknya sama-sama berbahaya bagi web Anda. Pasalnya, bounce rate menyebabkan pengguna tidak tertarik membaca konten di website.
Ketika pengunjung web berkurang, otomatis berpengaruh pada performa website. Adanya bounce rate ini juga menjadi tanda bahwa, website tersebut mulai ditinggalkan oleh pelanggannya. Dengan demikian, hal-hal tersebut memengaruhi user experience.
Perlu Anda ketahui, setiap detik, mesin pencari memperbarui algoritmanya. Karena itu, praktik keyword stuffing—di samping merugikan—pun tidak efektif maupun layak digunakan.
Tips Menghindari Keyword Stuffing

Menghindari keyword stuffing dapat dilakukan dengan tiga tips berikut ini.
1. Buatlah Artikel Lebih Panjang
Ketika Anda ingin memasukkan banyak kata kunci, pastikan jumlah kata dalam artikel lebih dari 300 kata. Hal ini untuk menghindari penempatan kata kunci terlalu sering atau berdekatan antarkalimat. Selain itu, artikel yang panjang dapat memberikan informasi lebih lengkap kepada pembaca.
2. Amati Keyword Density dalam Konten
Seperti yang dijelaskan pada subtopik pertama, bahwa persentase ideal untuk kata kunci antara 0,5—3 persen dari total kata dalam artikel. Sebagai contoh, Anda menulis artikel 700 kata, berarti kata kuncinya dapat ditulis sebanyak maksimal 21 kali.
3. Terapkan Variasi Keyword
Biasanya, pakar SEO menggunakan lebih dari satu jenis kata kunci untuk menghindari keyword stuffing. Jenis kata kunci yang digunakan, yaitu keyword utama, long keyword, dan latent semantics indexing (LSI).
Untuk mendapatkan LSI, Anda bisa menggunakan mesin pencari Google. Caranya, ketik kata kunci yang dituju di kolom penelusuran tanpa menekan tombol “Enter”. Secara otomatis, sistem menampilkan beberapa kata turunan di bawah keyword utama.
Jadi, kesimpulannya, menghindari bahaya keyword stuffing untuk SEO wajib Anda lakukan untuk mendapatkan hasil yang baik di mesin pencari. Jika hasil penelusurannya baik, kredibilitas website-nya pun ikut terangkat. Selain itu, website akan memperoleh engagement optimal dari sasaran audiens.